CATATAN KANG ATHOILAH

'' HIDUP ITU SEDERHANA, JALANI DENGAN IKLAS DAN SEMANGAT ''

Senin, 16 November 2015

Artikel



Implementasi Sosiologis Pada Gerakan Dakwah di Indonesia

Oleh : Athoilah Aly Najamudin
Sebagai salah satu proses sosialisasi dalam Islam, dakwah Islam menjadi bagian penting dalam penyebaran agama Islam di seluruh dunia. Jika dilihat dari perjalanan panjang dakwah Islam di bumi Indonesia telah berusia sekitar delapan ratus tahun. Dalam dekade tersebut, melalui usaha dakwah tersebut dilalukan oleh para penyebar agama Islam pada periode awal, Islam tiba di bumi Indonesia dengan melakukan berbagai metode dan akhirnya Islam kemudian menjadi ‘’ pribumisasi ’’setalah melakukan beberapa dialog produktif yakni memperpadukan nilai-nilai lama dengan nilai-nilai baru yang melakat pada sisi ajaran.  Dengan bertemunya kedua kebudayaan tidak bisa dipisahkan. Maka, jadilah Islam di Indonesia memiliki banyak warna dan corak, akan tetapi walaupun warna dan corak yang berbeda akan tetapi dalam beribadah masih dalam kesatuan tealogis yang sama. Hal ini mencerminkan bahwa kuatnya subtansi ajaran yang menjadi muatan utama dalam gerakan dakwah, cermin keterbuaan masyarakat yang menerima segala aspek dengan segala corak sosiologis yang dianutnya.
            Dalam fenomena diatas dapat dipandang sebagai realitas sosio-kultural yang terjadi di Indonesia khususnya yakni penyebaran agama Islam. Dalam perkembangan Islam di Indonesia berkembang melalui berbagai pendekatan- pendekatan yang diduga kuat berbeda dengan pendekatan di kawasan Islam lainnya. Dengan begitu berbagai kebudayaan baru yang muncul yang menjadi khazanah baru masyarakat Indonesia memperlihatkan corak ataupn warna Islam. Hal ini merepresenitasikan para pemeluknya yang sarat budaya lokal sejauh tidak bertentangan dengan prinsip ajaran.
            Dalam fenomena diatas, gerakan dakwah memang meniscayakan kemampuan sosiologis para pelakunya. Masyarakat yang menjadi objek medan garapan dakwah yang sarat dengan muatan lokal yang salah satu alatnya adalah sosiologi. Sehingga memiliki hubungan antara dakwah dan sosiologi. Dakwah merupakan cara menyampaikan ajaran kepada masyarakat sedangkan sosilogi merupakan alat atau metode dalam menyampaikan ajaran tersebut kepada masyarakat.
            Sejarah mencatat, sejak zaman rasulullah berserta para sahabatnya, Nabi Muhammad Saw senantiasa memperhatikan aspek – aspek kemasyarakatan dalam berdakwah. Dakwah memang selalu berhadapan dengan realitas sosio-kultural sosial dan budaya yang sebelum Islam datang. Sebab ketika Islam lahir pada awal abad ke 7 Islam telah memiliki budaya sendiri. Sehingga muncul Islam kala itu merupakan agama baru, Islam harus berhadapan dengan berbagai persoalan yang salah satu kekuatan aspek masyarakat dan budaya lokal.
            Praktik – praktik dakwah dilakukan dengan atas landasan landasan tertentu. Misalnya seorang muslim apabila bergerak untuk melakukan perbaikan – perbaikan dengan menggunakan nilai-nilai Islam sebagai agen parameter kebaikan tersebut. Agen dalam tindakan tersebut disebut da’i, semantara tindakannya disebut dakwah, jadi sasaran dakwah adalah perilaku manusia yang tidak selaras dengan spirit nilai-nilai Islam.  Meminjam beberapa teori sosial yang dibangun para sosial barat, banyak upaya menelaah fenomena sosial dari perspektif objek sosial saja, tanpa melibatkan etika dan norma bahkan ideologis yang dianut masyarakat tersebut. Emile Durkheim misalnya, meneliti tentang bunuh diri (suicide) dari perpektif fenomena kejahatan, tampa terlalu mengidahkan norma masyarakat tersebut. Demikian pula dalam menelaah fenomena dakwah. Seorang mengkaji dan mempraktikan dakwah tidak luput dari pengaruh ruang dan waktu yang membantasi, baik aspek materi, waktu, media, target, dan metodenya. Dengan memahami banyak metode gerakan dakwah di Indonesia, muncul gerakan gerakan dakwah Indonesia seperti NU, Muhamadiyah, Persis, Jamaah Tabligh, dan masih banyak lainya. Muncul gerakan dakwah tersebut sebenarnya timbul karena pergaruh ruang dan waktu. Gerakan dakwah dalam sosiologis selalu dinamis mengikuti perkembangan masyarakat Islam konteks sekarang.
            Mengacu pada unsur-unsur dan wilayah telaah sosiologi terhadap fenomena dakwah, maka sosiologi dan dakwah berusa mencari batasan lebih empiris berdasarkan orbservasi terhadap kajian dakwah sebagai bentuk interaksi sosial dakwah yaitu sisi misi sosiologis dalam agama. Dakwah Islam yang cendurung ideologis yang menitikberatkan kepada upaya legalisasi nilai – nilai agama dan menyebarkannya kepada manusia sehingga akan selalu berusan dengan organisasi sosial dakwah dan lembaga dakwah.
            Di tengah promblematika zaman ini, dakwah islam di Indonesia menjadi solusi alternatif di tengah kerusakan moral yang menjadi masalah utama di negara ini, dakwah bukan lagi bercirikan selalu berhubungan dengan ritus-ritus Islam misalnya masjid, pondok pesantren dan lain sebagainya tetapi dakwah Islam bisa mengikuti perkembangan zaman. Meminjam pemikiran teolog muslim Indonesia Nurcholis Madjid bahwa perkembangan dakwah Islam bukan hanya memperhatikan nilai – nilai Islam akan tetapi memperhatikan kondisi sosial masyarakat, misalnya menurut cak nur wilayah pedesaan lebih cendurung menggunakan pendekatan kultural sehingga konteks dakwah masih menggunakan adat istiadat akan tetapi kondisi wilayah perkotaan kondisi dakwah perkotaan lebih menenkankan rasionalitas sehingga objek yang dikaji misalnya bidang tasawuf.
            Begitu pentingnya dakwah dan sosiologis dalam menganalisa, memahami dan mengkaji
kondisi sosial cultural suatu masyarakat. Dakwah dalam Islam merupakan penting yakni agar Islam semakin berkembang dan ajaran semakin dipahami di seluruh pemeluk agama Islam. Sosiologi merupakan cabang ilmu yang mengkaji interaksi sosial di masyarakat adalah membantu agar dakwah dalam bisa diterima segala lapisan masyrakat dan mengimplementasikan nilai-nilai sosiologis terhadap proses dakwah di masyarakat.
Dikutip dari Buku Sosisologi Dakwah Uin Sunan Gunung Jati