Implementasi Sosiologis Pada Gerakan Dakwah di Indonesia
Oleh
: Athoilah Aly Najamudin
Sebagai
salah satu proses sosialisasi dalam Islam, dakwah Islam menjadi bagian penting
dalam penyebaran agama Islam di seluruh dunia. Jika dilihat dari perjalanan panjang
dakwah Islam di bumi Indonesia telah berusia sekitar delapan ratus tahun. Dalam
dekade tersebut, melalui usaha dakwah tersebut dilalukan oleh para penyebar
agama Islam pada periode awal, Islam tiba di bumi Indonesia dengan melakukan
berbagai metode dan akhirnya Islam kemudian menjadi ‘’ pribumisasi ’’setalah
melakukan beberapa dialog produktif yakni memperpadukan nilai-nilai lama dengan
nilai-nilai baru yang melakat pada sisi ajaran.
Dengan bertemunya kedua kebudayaan tidak bisa dipisahkan. Maka, jadilah
Islam di Indonesia memiliki banyak warna dan corak, akan tetapi walaupun warna
dan corak yang berbeda akan tetapi dalam beribadah masih dalam kesatuan
tealogis yang sama. Hal ini mencerminkan bahwa kuatnya subtansi ajaran yang
menjadi muatan utama dalam gerakan dakwah, cermin keterbuaan masyarakat yang
menerima segala aspek dengan segala corak sosiologis yang dianutnya.
Dalam fenomena diatas dapat
dipandang sebagai realitas sosio-kultural yang terjadi di Indonesia khususnya
yakni penyebaran agama Islam. Dalam perkembangan Islam di Indonesia berkembang
melalui berbagai pendekatan- pendekatan yang diduga kuat berbeda dengan
pendekatan di kawasan Islam lainnya. Dengan begitu berbagai kebudayaan baru
yang muncul yang menjadi khazanah baru masyarakat Indonesia memperlihatkan
corak ataupn warna Islam. Hal ini merepresenitasikan para pemeluknya yang sarat
budaya lokal sejauh tidak bertentangan dengan prinsip ajaran.
Dalam fenomena diatas, gerakan
dakwah memang meniscayakan kemampuan sosiologis para pelakunya. Masyarakat yang
menjadi objek medan garapan dakwah yang sarat dengan muatan lokal yang salah
satu alatnya adalah sosiologi. Sehingga memiliki hubungan antara dakwah dan
sosiologi. Dakwah merupakan cara menyampaikan ajaran kepada masyarakat
sedangkan sosilogi merupakan alat atau metode dalam menyampaikan ajaran
tersebut kepada masyarakat.
Sejarah mencatat, sejak zaman
rasulullah berserta para sahabatnya, Nabi Muhammad Saw senantiasa memperhatikan
aspek – aspek kemasyarakatan dalam berdakwah. Dakwah memang selalu berhadapan
dengan realitas sosio-kultural sosial dan budaya yang sebelum Islam datang.
Sebab ketika Islam lahir pada awal abad ke 7 Islam telah memiliki budaya
sendiri. Sehingga muncul Islam kala itu merupakan agama baru, Islam harus
berhadapan dengan berbagai persoalan yang salah satu kekuatan aspek masyarakat
dan budaya lokal.
Praktik – praktik dakwah dilakukan
dengan atas landasan landasan tertentu. Misalnya seorang muslim apabila
bergerak untuk melakukan perbaikan – perbaikan dengan menggunakan nilai-nilai
Islam sebagai agen parameter kebaikan tersebut. Agen dalam tindakan tersebut
disebut da’i, semantara tindakannya disebut dakwah, jadi sasaran dakwah adalah
perilaku manusia yang tidak selaras dengan spirit nilai-nilai Islam. Meminjam beberapa teori sosial yang dibangun
para sosial barat, banyak upaya menelaah fenomena sosial dari perspektif objek
sosial saja, tanpa melibatkan etika dan norma bahkan ideologis yang dianut
masyarakat tersebut. Emile Durkheim misalnya, meneliti tentang bunuh diri
(suicide) dari perpektif fenomena kejahatan, tampa terlalu mengidahkan norma
masyarakat tersebut. Demikian pula dalam menelaah fenomena dakwah. Seorang
mengkaji dan mempraktikan dakwah tidak luput dari pengaruh ruang dan waktu yang
membantasi, baik aspek materi, waktu, media, target, dan metodenya. Dengan
memahami banyak metode gerakan dakwah di Indonesia, muncul gerakan gerakan
dakwah Indonesia seperti NU, Muhamadiyah, Persis, Jamaah Tabligh, dan masih
banyak lainya. Muncul gerakan dakwah tersebut sebenarnya timbul karena pergaruh
ruang dan waktu. Gerakan dakwah dalam sosiologis selalu dinamis mengikuti
perkembangan masyarakat Islam konteks sekarang.
Mengacu pada unsur-unsur dan wilayah
telaah sosiologi terhadap fenomena dakwah, maka sosiologi dan dakwah berusa
mencari batasan lebih empiris berdasarkan orbservasi terhadap kajian dakwah
sebagai bentuk interaksi sosial dakwah yaitu sisi misi sosiologis dalam agama.
Dakwah Islam yang cendurung ideologis yang menitikberatkan kepada upaya
legalisasi nilai – nilai agama dan menyebarkannya kepada manusia sehingga akan
selalu berusan dengan organisasi sosial dakwah dan lembaga dakwah.
Di tengah promblematika zaman ini,
dakwah islam di Indonesia menjadi solusi alternatif di tengah kerusakan moral
yang menjadi masalah utama di negara ini, dakwah bukan lagi bercirikan selalu
berhubungan dengan ritus-ritus Islam misalnya masjid, pondok pesantren dan lain
sebagainya tetapi dakwah Islam bisa mengikuti perkembangan zaman. Meminjam
pemikiran teolog muslim Indonesia Nurcholis Madjid bahwa perkembangan dakwah
Islam bukan hanya memperhatikan nilai – nilai Islam akan tetapi memperhatikan
kondisi sosial masyarakat, misalnya menurut cak nur wilayah pedesaan lebih
cendurung menggunakan pendekatan kultural sehingga konteks dakwah masih
menggunakan adat istiadat akan tetapi kondisi wilayah perkotaan kondisi dakwah
perkotaan lebih menenkankan rasionalitas sehingga objek yang dikaji misalnya
bidang tasawuf.
Begitu pentingnya dakwah dan
sosiologis dalam menganalisa, memahami dan mengkaji
kondisi sosial cultural suatu masyarakat. Dakwah dalam Islam merupakan penting yakni agar Islam semakin berkembang dan ajaran semakin dipahami di seluruh pemeluk agama Islam. Sosiologi merupakan cabang ilmu yang mengkaji interaksi sosial di masyarakat adalah membantu agar dakwah dalam bisa diterima segala lapisan masyrakat dan mengimplementasikan nilai-nilai sosiologis terhadap proses dakwah di masyarakat.
kondisi sosial cultural suatu masyarakat. Dakwah dalam Islam merupakan penting yakni agar Islam semakin berkembang dan ajaran semakin dipahami di seluruh pemeluk agama Islam. Sosiologi merupakan cabang ilmu yang mengkaji interaksi sosial di masyarakat adalah membantu agar dakwah dalam bisa diterima segala lapisan masyrakat dan mengimplementasikan nilai-nilai sosiologis terhadap proses dakwah di masyarakat.
Dikutip dari Buku Sosisologi Dakwah Uin Sunan Gunung Jati